Pandji Pragiwaksono, (lahir di Singapura, 18 Juni 1979; umur 32 tahun) adalah seorang penyiar radio, presenter televisi, dan penulis buku. Ia tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Desain Produk, Jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB angkatan 1997 dan merupakan salah satu alumni SMA Kolese Gonzaga angkatan ke 8. Kini Dia aktif dalam kegiatan legalitas ganja nasional.
Ketika saya sedang surfing int' saya menemukan tulisannya dari percakapan, bincang-bincang dan isi di otaknya, tanpa maksud apapun saya ingin mempostingnya.. sekedar wacana sesama Blogger tentunya... monggo nandak, yok'..
"Obrolan saya di Provocative Proactive Radio dgn Mamot (bukan nama
aslinya) seorang mantan anggota FPI, Pak Tamrin Tomagola seorang
sosiolog dan Ketua FPI DPD Jakarta Habib Selon sangat menambah wawasan
saya akan FPI
Awalnya, alasan mengangkat FPI ke PP radio adalah karena isu penolakan FPI di Kalimantan. Penolakan yg memicu penolakan-penolakan lain di sejumlah kota di Indonesia
Wacana pembubaran FPI muncul, banyak dukungan dalam bentuk tagar (tanda pagar) #IndonesiaTanpaFPI muncul di twitter. Ratusan orang aksi damai di jalananan menunjukkan penolakannya Kalau anda bertanya kepada saya, saya pribadi akan jawab tidak setuju terhadap pembubaran FPI.
Mengapa?
3 alasan:
1) Karena pembubaran FPI hanya akan membuat mereka muncul kembali dgn nama yg baru
2) Karena negara membebaskan siapapun untuk berkumpul dan berserikat. Menghalangi itu, hanya akan berdampak buruk kpd diri kita sendiri
3) Kalau FPI melakukan kegiatan2 yg melanggar hukum, ya pelakunya yg ditindak. Sama aja seperti misalnya POLRI ada yg melanggar hukum, ya pelakunya yg ditindak. Bukan POLRInya yg dibubarkan
Dengan semangat “Mencoba memahami sebelum membenci” maka saya mengundang sejumlah orang utk dialog Munarman, jubir dan pengacara utk FPI yg sudah confirm akan datang tiba tiba membatalkan sepihak Tapi gantinya adalah Habib Selon tadi, ketua DPD FPI Jakarta
Kepada beliau, saya bertanya persis seperti ini “Habib, selain mukul2 pake bambu kegiatan rutin FPI itu ngapain aja?”
Habib menjawab “Ah tidak pernah itu mukul2 pake bambu. Kami di FPI rutin pengajian, membantu masyarakat, dll” Habib lalu cerita tentang peran FPI jadi tameng bagi masyarakat thd hal hal yg menyimpang dari ajaran agama. Menurut Habib, dibalik setiap “penyerangan” selalu ada pelaporan kpd kepolisian berkaitan dgn tempat2 “melenceng” tersebut. Kepada RT setempat. Dan FPI memberikan peringatan 3 kali kpd tempat tersebut
Apabila Polisi tidak maju dan tidak ada perubahan, maka FPI akan ambil tindakan.
Kata Habib, setiap terjadi kekerasan adalah karena tempat yg didatangi biasanya melawan balik dgn preman preman bayaran tempat tersebut.
Murni “self defense” menurut pengakuan Habib.
Saya lalu bertanya “Kenapa Alexis nggak pernah diserbu, Bib?”
Kata Habib Selon “Alexis itu Hotel. Kami tidak pernah menggerebek hotel karena di hotel Alexis ada keluarga yg menginap bersama anak anak..”
…..
Saya langsung bertanya balik “Habib. Mana ada keluarga nginep di Alexis? Kecuali ada yg berkeluarga dgn orang Uzbek” FPI sendiri dilahirkan oleh para Jendral. Ini bukan isapan jempol. Surat kesepakatan antar Jendral tersebut dipegang almarhum Munir. Selain ada Nugraha Djayoesman selaku Kapolda saat itu dan di dalamnya ada tanda tangan Wiranto.
Itu loooh, Wiranto “Takkan Khianat Hidup Mati Bersama Rakyat”
Hehehe........ Para Jendral mendirikan itu karena mereka butuh sesuatu utk menekan lapisan masyarakat yg “melawan”
Karena aparat vs rakyat = kejahatan HAM
Sementara ormas vs rakyat = kerusuhan biasa
Indonesia sudah diawasi dunia urusan kejahatan HAM.
Maka diciptakanlah FPI
Ketika saya tanya ini kepada Habib Selon, beliau menjawab “Jendral jendral itu adalah pendukung Islam. Boleh boleh saja mereka mendukung Islam. Semua orang Islam pasti mendukung FPI”
Saya memotong dan berkata “Tidak semua lho Bib. Saya aja tidak mendukung FPI..”
Dia menyahut “Mereka yang ga stuju FPI, bukan org Islam!”
I got that on air. On tape.
Kepala DPD FPI Jakarta berkata “Tidak mendukung FPI berarti bukan orang Islam”
Habib baru saja mencoreng wajah FPI dgn ucapannya sendiri
Apalagi, tidak lama setelah itu Habib Selon berkata “Lihat tuh Gus Dur si Buta Dari Goa Hantu. Pengen bubarin FPI malah dirinya sendiri yang bubar!”
Saya kaget.
Terhenyak.
Orang yang menurut Mamot (mantan anggota FPI yang juga saya wawancara) setiap rabu kalau pengajian selalu lucu dan jenaka, baru saja menghina mantan Presiden Republik Indonesia Yang tidak bisa melihat dgn matanya, tapi hatinya melihat lebih dalam daripada sekedar kulit di permukaan
Bagaimana bisa, orang orang seperti ini kita biarkan?
Pertanyaan lebih besar lagi, siapa yang membiarkan mereka mereka ini?
Para Jendral yang pada awalnya mendirikan mereka, kini sudah tidak bisa menguasai FPI lagi
FPI seperti anak macan piaraan Jendral yang kini sudah jadi besar dan tidak bisa diatur lagi
Dipuncak, adalah Habib Rizieq yang mengatur ini dan itu.
Markas FPI adalah rumahnya Habib yang besarnya keterlaluan.
Dari mana uang FPI? Dari orderan banyak sekali pihak.
Adik saya kerja di event organizer, dia mengaku pernah mau digerebek FPI lalu FPInya dikasi uang. Niat FPI menggerebek langsung hilang. Ngga jadi.
Bisa dibayangkan, “orderan” kepada FPI sangat banyak tergantung kebutuhan
Pengalih isu? Persaingan bisnis? Persaingan Politik? Perusakan citra?
Asal ada fulus, ada akal bulus
Pertanyaannya kemudian, dikemanakan saja uang tersebut? Disinilah bagian TERPENTING dari tulisan saya. Uang uang yang masuk ke FPI, sebagian diberikan kepada rakyat Indonesia yg membutuhkan uang.
Saya akan ceritakan, bagaimana dan mngapa FPI bisa subur. Kalau anda nonton film Fast 5 (Vin Diesel, Dwayne “The Rock” Johnson, dll) ada tokoh antagonis. Seorang pengusaha jahat yg menguasai Brazil.
Di salah satu adegan, tokoh jahat ini berkata “Saya tidak suka dengan cara anda berbisnis. Anda bisnis dengan kekerasan. Kalau rakyat anda serang dengan kekerasan kelak mereka akan melawan balik. Karena mereka terdesak. Saya, memilih untuk memberikan mereka uang. Saya beri mereka “kemewahan” yang tidak bisa mereka dapatkan sebelumnya. Dan bisa mereka dapatkan kini lewat saya. Uang, pendidikan, kesehatan. Saya beri kepada mereka. Kini, saya MEMILIKI mereka. Mereka ingin terus merasakan hal hal yang saya berikan. Maka mereka jadi setia kepada saya”
Inilah prinsip yg FPI lakukan
Di Indonesia, masih sangat banyak rakyat rakyat yang membutuhkan bantuan
Pemerintah lalai dalam membantu mereka, masyarakat kelas menengah dgn starbucks di tangan kanan dan iphone di tangan kiri tidak peduli kepada masyarakat sekitar
Akhirnya, kekosongan ini diisi oleh FPI
Rakyat ada yg butuh uang Rp50.000? FPI berikan kpd rakyat
Ada yg susah masuk sekolah karena tidak punya dana? FPI buatkan surat sakti agar dimudahkan
Tidak punya biaya berobat? FPI buatkan surat agar diringankan biayanya.
Semua ini, dibenarkan Mamot dan diakui oleh Pak Thamrin.
Mamot bilang, banyak orang tua senang menitipan anak anaknya ke FPI. Daripada anak anak tersebut nongkrong ga jelas di gang gang dan menggunakan obat obatan terlarang..
Ketika pengajian, para Habib sangat sangat simpatik.
Bahkan Mamot
bilang, Habib Rizieq sangat hebat dalam berorasi. Mengingatkan Mamot
akan kehebatan Sukarno. Apalagi menurut Pak Thamrin, gaya hidup para Kyai dan Habib yang
membuka pintunya utk siapapun memberikan akses kpd masyarakat yang butuh
bantuan.
Sementara para kelas menengah (termasuk saya) seringkali curiga ketika ada orang tidak dikenal ketok ketok pagar rumah kita..
Sementara para kelas menengah (termasuk saya) seringkali curiga ketika ada orang tidak dikenal ketok ketok pagar rumah kita..
Pak Thamrin juga bilang, ini salah ormas ormas seperti Muhammadiyah dan NU yang lebih dekat ke elit politis daripada ke rakyat
Bahkan satu waktu, Habib ditelfon dan diberi kabar bahwa pintu air (entah yg mana) akan dibuka dan banjir akan datang. Habib langsung keluar dan perintahkan masyarakat sekitarnya utk bersiap dan mengungsi. Ketika banjir datang, Habib langsung dipandang sebagai orang “sakti” yg dapat wejangan dari Yang Maha Kuasa. Kekosongan yang terjadi, dimanfaatkan oleh FPI dgn sangat baik Di satu sisi apa yang mereka lakukan adalah baik.
Di sisi lain, mereka memanfaatkan rakyat yg mereka beli untuk jadi basis massa yang kelak mereka manfaatkan untuk kepentingan kepentingan pribadi
Ketidak pedulian kelas menengah kepada sekitarnya, telah berbalik dalam wujud yang lebih membuat resah.
Membubarkan FPI, bukanlah solusi.
Solusi yang benar, adalah dengan mulai peduli kepada sesama rakyat Indonesia yg membutuhkan
Isi kekosongan yg dimanfaatkan FPI
Jangan lemahkan mereka dgn sekedar memberi uang seperti yg FPI lakukan
Perkuat mereka. Empower.
Beri pendidikan karena itulah sayap yang akan membawa mereka terbang
Susah? Ya memang!
Justru yang benar itu seringkali susah
Cara yg gampang biasanya solusi gampangan
Walaupun susah, tapi pasti bisa
Secara makro, ekonomi kita luar biasa.
Fakta bahwa kelas menengah kita melebar adalah benar. Tapi berapa banyak di antara kita yg membagi segala kelebihan kelebihan yg kita punya?
Kapan kita pernah berbagi uang? Waktu? ILMU?
Teruslah membohongi diri sendiri anda sibuk, anda tidak punya waktu, anda sendiri masih susah.
Kalau anda mau dan anda niat. PASTI ada jalan. Dibawah anda, ada masyarakat pra-sejahtera terus merana dan sengsara dan itu salah bangsa Indonesia. Rakyatnya DAN pemerintahnya, Anda memilih utk tidak peduli? Silakan, tapi anda tidak pantas lagi ngomel ngomel tentang FPI.
(mas pandji kenapa cuma nanyain Alexis, ko' Stadium ga di tanyain..)
Sum:kapanlagi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !
N' Thx.. jika anda mencantumkan nama / Url anda